Wednesday, September 3, 2008

IBU DAN BAPAK GURU

Ketika ada guru yang berhalangan untuk hadir, legalah hati teman sekelas. Kebahagiaan itu diungkapkan dengan menjadikan meja, dinding, kaca jendela, bahkan papan tulis sebagai alat musik, nyanyianpun biasanya melantun alami dari hampir separuh murid di kelas. Gemuruh suara musik dan obrolan ngalur-ngidulpun mau tak mau akan terdengar ke tetangga kelas bahkan kantor sekalipun. Untuk mengurangi suara ribut dan menghilangkan jejak siapa yang ribut ini, biasanya ada relawan yang akan menutup pintu kelas. Alhasil hampir semua personil di kelas hiruk-pikuk dengan penuh kebebasan, walau ada satu dua orang yang juga sibuk baca dan nyalin PR.

Tiba-tiba datanglah seorang guru spesial pengganti kelas…senyap jadinya. “Coba buka buku matematika halaman 100” bentak Pak Guru (ada comment “aduh pelajarannya baru halaman 15 koq”),. “Sekarang kerjakan soal no.1” …tak ada protes semua mengerjakan. Berselang 5 menit kemudian, “Apa ada yang sudah selesai” tanya Pak Guru…semua diam, termasuk Pak Guru. Sampai 5 menit ke-2 juga belum ada yang selesai. Bentakan pun bertambah keras, “Sekarang kalian tahu, bahwa masih banyak yang harus dikerjakan, kalaupun yang ngajar tidak datang kalian harus mengerjakan pelajaran apa saja…kalau tidak, kalian tidak akan maju-maju”. ....Ini cuma satu dari sekian banyak cerita semasa sekolah.

Begitu besar usaha dan harapan guru-guru kita dalam mendidik dan memajukan kita. Andaikan waktu itu umurku sudah lebih dari 18 tahun, mungkin diriku akan maklum dengan bentakan Pak Guru, tapi waktu itu usiaku baru 16-18 tahun. Lagi pula usia dan momentum itu memang untuk kami yang memang harus memainkan peran sebagai murid SMA.

Kini, andaikan Pak dan Bu Guru tau, sebenarnya tidak ada maksud untuk tidak maju, untuk tidak mau belajar, untuk tidak menghiraukan moral. ...Dan, ucapan tulus, maafkanlah kalau kami sudah membuat mu emosi, terima kasih atas semua yang telah engkau berikan yang tidak ternilaikan harganya bagi kami…
Lideman, September 3, 2008

8 comments:

Dani said...

Permisi..numpang mampir nih. Hihihi..itu poto pak Iman waktu kapan ya? kok dulu ganteng ya hehehe..;) piss ah...
Eh, sekalian blogwalking...rumah blog baru saya dimasukkan ke temen pak Iman ya, onegaiitashimasu..;)

www.daniputra.com

Lideman Zawawi said...

Photo ganteuuung itu pas kelas III SMA...kalu penggemar dulu dan sekarang tetap banyak he...he...

Kusdar said...

Aku jadi tersepona atas ceritanya... Kaya muridku tuh, tapi yang sekelas nggak lulus semua... He...he...
Semoga muridku punya kesadaran lebih awal dari pada Mas Iman, jadinya kalau habis dimarahi, nanti sore tinggal nunggu kirimannya.

Elyasari said...

Halo... mas Lideman...
wow ceritanya ok juga ya....jadi inget masa smu dulu...
btw... sewaktu anak2 ribut diklas dirimu kemana ? jgn2 yg panggil guru pengganti itu mas Lideman ya... ha...

Lideman Zawawi said...

Wah, kalu pak guru tiap sore dapat kiriman, berarti bisa jadi millioner ya...he..he....

Lideman Zawawi said...

Bener Bu Elyasari, Kalau inget masa SMA pasti asyiiik! ceritanya seru dan banyak banget...

Perasaan dulu tdk dipanggil satu2, tapi dipanggil semua dan di jemur halaman upacara.

Ulie said...

gak nyangka mas iman punya blog juga.. pake lagu kiroro pula..
tapi... gak nahan liat poto jadulnya neh... piss ^-^

mas iman, blognya ta tambahin di daftar temenku ya...

http://tringkel.wordpress.com/

Lideman Zawawi said...

Tenang Neng Ulie, photo itu blm seberapa dibanding aslinya...he...he.

Dgn senang hati Neng, silahkan n thanks. Jadi sekarang blogmu yg mana...